MAKALAH CERVICITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular
Seksual ) tertinggi yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%.
Sementara, lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS
(menurut sumber: www.wawasandigital.com). Servicitis merupakan penyakit menular
seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia trachomatis atau Ureaplasma
urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trikomonas
vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat
menjadi lebih parah sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri
dalam tingkat permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu
pemeriksaan aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy,
untuk kepastian tidak ada karsinoma. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah
ini dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga
pada akhirnya pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan di angkat pada
makalah ini adalah apa pengertian dari Servicitis dan bagaimana asuhannya
C. Tujuan
Selain demi memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV.
Tujuannya agar :
1.
Mahasiswa
dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis
2.
Mahasiswa
dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui gejala klinis servicitis
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui penegakan diagnose servicitis
5.
Mahasiswa
dapat mengetahui penatalaksanaan servicitis
D. Manfaat
Sebagai mahasiswa kebidanan, kita memiliki
gambaran dan pengetahuan tentang servicitis dan bagaimana asuhannya BAB II
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. PENGERTIAN
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir
canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari
satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan
selaput lendir vagina. (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman,
pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas
atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari
infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap
kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh
adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion. (Sarwono, 2008)
B.
KLASIFIKASI
1.
Cervicitis
Akut
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah
infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada
infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus,
Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan
mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya
tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang
bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan
infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis
kronis. Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan,
sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering
terserang dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang
ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis,
Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang
ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula
diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas.
Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan
rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan..
2.
Cervicitis
Kronis
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah
melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus
memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya,
lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a.
Serviks
kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala,
kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
b.
Disini pada
portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang
tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang
ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
c.
Sobekan pada
serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari
luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena
radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret
mukopurulen bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian
vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh
kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga
terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel
plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua
wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis
keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan
penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen
biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
Cervisitis
kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks.
Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang
menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada
pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan.
Secara klinis, cervisitis kronis
sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat
menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada
canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.
C.
PENYEBAB
1.
Cervicitis
dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah
klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus.
Gonorroe, sediaan hapus dari fluor
cerviks terutama purulen.
2.
Trichomonas
vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang
umum dari cervicitis.
3.
Peran Mycoplasma genitalium
dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam
penyelidikan.
4.
Sekunder
terhadap kolpitis.
5.
Tindakan
intra dilatasi dll.
6.
Alat-alat
atau obat kontrasepsi.
7.
Robekan
serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin.
D.
SERVISITIS MUKOPURULEN
Servisitis mukopurulen (MPC) ditandai oleh purulen atau mukopurulen endoserviks eksudat terlihat di kanal endoserviks atau dalam spesimen usap
endoserviks. Beberapa ahli juga mendiagnosa MPC berdasarkan perdarahan serviks
mudah diinduksi. Meskipun beberapa ahli menganggap peningkatan jumlah
polimorfonuklear sel darah putih pada endoserviks Gram stain sebagai berguna dalam diagnosis MPC,
kriteria ini belum standar, memiliki nilai prediktif positif rendah (PPV), dan
tidak tersedia di beberapa pengaturan. MPC sering tanpa gejala, namun beberapa
wanita memiliki keputihan abnormal dan perdarahan vagina (misalnya, setelah hubungan seksual).
MPC dapat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis
atau Neisseria
gonorrhoeae , namun dalam
kebanyakan kasus organisme tidak dapat diisolasi. MPC dapat bertahan meskipun
program berulang dari terapi antimikroba. Karena kambuh atau reinfeksi dengan C. trachomatis atau N.
gonorrhoeae biasanya tidak
terjadi pada orang dengan kasus terus-menerus dari MPC, non-mikrobiologis
determinan (misalnya, peradangan di zona ektopi) mungkin terlibat.
Pasien yang memiliki MPC harus diuji untuk C. trachomatis dan N.
gonorrhoeae dengan tes yang
paling sensitif dan spesifik yang tersedia. Namun, MPC adalah bukan prediktor
sensitif infeksi dengan organisme; kebanyakan wanita yang memiliki C. trachomatis atau N.
gonorrhoeae tidak memiliki MPC.
E.
GEJALA
1.
Flour hebat
biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
2.
Sering
menimbulkan erosi pada portio
yang tampak sebagian daerah yang merah menyala.
3.
Pada
pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar
dari kanalis cervicalis.Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus
diingat gonorhoe.
4.
Sekunder
dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
5.
Pada
cervicitisyang kronis kadang-kadang dapat dilihal bintik-bintik ini disebut
ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cerviks karena
saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cerviks atau karena
radang. (Sarwono, 2008)
F.
EROSIO PORTIONIS
Pada cervisitis
cronika sering terdapat erosio pada permukaan portio sekitar ostium uteri
eksternum. Oleh karena rangsangan luar maka epitel gepeng berlapis banyak dari
porsio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis cervicalis. Jadi
sebetulnya tidak terjadi erosion dalam arti yang sebenarnya tapi pseudo-erosio
walaupun lazim disebut erosio ( erosio simplex). Erosio ini nampak sebagai
tempat yang merah menyala dan mudah berdarah. Jarang terjadi erosio vera dimana
tempat itu tidak mempunyai epitel lagi.
Orifisium uteri
eksternum merupakan batas antara epitel kaanalis cervikalis dan epitel porsio.
Batas ini secara fisiologis berpindah–pindah. Sebelum lahir pada janin berumur
8 bulan epitel gepeng berlapis banyak jauh masuk kedalam kanalis cervicalis.
Kemudian batas pindah kebawah dan pada neonatus sering terdapat erosion
congenital. Dalam masa kanak-kanak batas berpindah lagi keatas dan pada
pubertas turun lagi. Pada masa reproduktif batas dapat berpindah karena adanya
infeksi (cervicitis, kolpitis) sehingga terjadi erosi. Tempat erosio juga terkenal
infeksidan berwarna merah menyala malahan dapat bergranulasi sehingga mudah
berdarah dan menimbulkan perdarahan kontak atau metrorrhagia seperti karsinoma
portionis. Pada erosio diketemukan ovula nabothii (erosio papillaris).
G.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita
yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena
partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan
kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran
patologis dapat ditemukan :
1.
Cerviks
kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
2.
Disini pada
portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang
tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan
terdiri atas mukus bercampur nanah.
3.
Sobekan pada
cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari
luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari
vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras :
sekret bertambah banyak.
H.
TERAPI
1.
Antibiotika
terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
2.
Kalau
cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl
yang menyebabkan dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti
dan epitel gepeng berlapis banyak.
3.
Kauterisasi-radial
dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi
nekrosis, jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti
lambatlaun oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks
jauh kedalam kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat
sebagian besar mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu
dilakukan amputasi cerviks.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Servicitis adalah radang dari selaput lendir
canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari
satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan
selaput lendir vagina.
Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus
dari fluor cerviks terutama purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra
: dilatasi dll, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectropion. Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut
dan kronis.
B.
Saran
1.
Sebagai
pencegahan terkena penyakit servicitis dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan alat genitalia, dengan cara membasuh genetalia dengan sabun dan air
dari satu arah yaitu dari depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak
masuk pada daerah genetalia.
2.
Tidak
bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan seks.
DAFTAR PUSTAKA
Padjajaran,Universitas. 2003. Obstetri Patologi
Edisi 2. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu
Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://ainimidwife.blogspot.com/2011/12/servisitis.html
http://obginround.blogspot.com/2011/05/servisitis.html
http://noormaawaddahworld.blogspot.com/2011/03/servisitis.html
1 komentar:
Most prostate cancers are adenocarcinomas, cancers that arise in glandular cells of the prostate’s epithelial tissue. Prostate cancers usually progress slowly and produce no symptoms in the initial stages. Eventually, the tumor may enlarge like mine too, the prostate gland, pressing on the urethra and causing painful or frequent urination and blood in the urine. So I was so uncomfortable with this prostate cancer diseases then I decided to do online search on how to cure cancer because I well have read a lot about herbal medicine, I came across a lot of testimony how Dr Itua cure HIV/herpes then Cancer was listed below the comment.with courage I contacted Dr Itua and he sent me his herbal medicine through Courier service then I was asked to pick it up at my post office which i quickly did. I contacted Dr Itua that I have received my herbal medicine so he instructed me on how to drink it for three weeks and that is how Dr Itua Herbal Medicine cures my prostate Cancer, The treatment takes three weeks and I was cured completely. Dr Itua is a god sent and I thank him every day of my life. Contact him now On: Email:drituaherbalcenter@gmail.com/ Whatsapp:+2348149277967.
He listed that he can as well cure the following diseases below.... Cerebral Amides. Lung Cancer,Brain cancer,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma Intestinal cancer,Kidney cancer,Leukemia,Liver cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Neuroendocrine tumors,Hodgkin lymphoma,Oral cancer,Ovarian cancer,Sinus cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer,Meniere's disease , Testicular cancer,Throat cancer,Thyroid Cancer,Uterine cancer,Vaginal cancer,Vulvar cancer. Alzheimer's disease,Autism,measles, tetanus, whooping cough, tuberculosis, polio and diphtheria Adrenocortical carcinoma. Alma, Uterine Cancer, Breast Cancer, Allergic diseases. Kidney cancer, Love Spell, Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,Osteoporosis.Generalized dermatitis,Alzheimer's disease,Brain Tumor,Lupus,Endometrial Cancer, cerebrovascular diseases
Dementia.Colo rectal cancer, Lottery Spell, Bladder Cancer, Skin Cancer,Ovarian Cancer,Pancreatic Cancer, HIV /Aids,Brain Tumor, Herpes, Non-Hodgkin lymphoma, Inflammatory bowel disease, Copd, Diabetes, Hepatitis
Posting Komentar